Film amatir yang berjudul “INNOCENCE
OF MUSLIM” dengan durasi sekitar 2 jam ini, memang cukup menghebohkan dan
berbau kontroversial yang mengakibatkan umat muslim di seluruh dunia marah dan
mengamuk. Film ini dibintangi oleh beberapa puluh orang aktor dan beberapa
puluh crue film dengan anggaran biaya yang rendah. Sedangkan sutradara film
“Innocence of Muslim” adalah Sam Bacile. Lalu apa saja isi dari film “Innocence
of Muslim”sehingga membuat umat muslim di seluruh dunia marah dan mengamuk???
Dalam
film “Innocence of Muslim”, Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai seorang
penipu (mengarang Alquran dan mengaku seorang nabi), digambarkan sebagai pria
hidung belang (banyak istri, gundik dan budak seks), dan juga digambarkan
sebagai seorang pedofil (kesukaan seks terhadap anak kecil) dengan menikahi
Siti Aisah anak Abu Bakar Sidiq pada usia 9 tahun.
Dengan
digambarkan sebagai seorang penipu berarti mengindikasikan bahwa Nabi Muhammad
SAW bukanlah seorang nabi atau rasulullah. Nabi Muhammad SAW digambarkan telah mengarang
Alquran dan mengaku-ngaku sebagai nabi yang berhasil menipu umatnya dijaman
dulu. Dengan digambarkan sebagai pria hidung belang berarti mengindikasikan
Nabi Muhammad SAW tidak layak menyandang predikat sebagai seorang nabi. Umumnya
seorang nabi sangat dekat dengan kesucian hati. Dengan digambarkan sebagai
seorang pedofil berarti mengindikasikan bahwa Nabi Muhammad SAW juga tidak
layak menyandang predikat sebagai seorang nabi dan rasulullah. (http://baguskurniawan.com/film/sinopsis-film-innocence-of-muslim/)
Itulah synopsis dari film
“Innocence of Muslim”.
Berikut pendapat dari Pak
Syarif Hidayat MA., M.Pd. mengenai film “Innocence of Muslim”.
Film
“Innocence of Muslim” memiliki dampak positif dan negative bagi umat muslim.
Menurut Pak Syarif, dampak negative dari Film “Innocence of Muslim” yaitu
penghinaan terhadap islam. Tetapi film ini juga memiliki dampak positif, yaitu sebagai
ujian bagi umat muslim. Maksudnya yaitu apakah umat muslim masih mengidolakan
Nabi Muhammad SAW setelah adanya film ini? Sebagai umat muslim seharusnya kita
mencintai Nabi Muhammad lebih dari mencintai diri sendiri.
“Seharusnya
Nabi Muhammad tidak digambarkan seperti yang ditayangkan di film “Innocence of
Muslim”. Tidak satu orang pun yang bisa mengambil gambar Nabi Muhammad karena
pada saat jaman Nabi belum ada kamera atau alat yang mampu menggambarkan nabi.
Oleh sebab itu umat muslim tidak dibenarkan jika mengilustrasikan Nabi dengan
gambar. Selain itu umat muslim juga tidak boleh mengkultuskan Nabi-Nabi.
Sebenarnya Nabi Muhammad boleh diilustrasikan asalkan bukan dengan gambar.”
Itulah ucap Pak Syarif.
Sebagai
umat muslim seharusnya kita merasa tidak rida dan merasa diciderai jika ada
yang menghina Nabi Muhammad SAW. Selaku mahasiswa muslim kita juga harus
melakukan protes terhadap ketidaksetujuan adanya fim tersebut. Tetapi protes
yang dilakukan yaitu dengan protes secara damai.
Pak
Syarif juga setuju untuk memboikot media yang menampilkan film-film penghinaan.
Menurut beliau untuk memboikot media tersebut, awalnya blokir film yang berisi
penghinaan-penghinaan terhadap agama islam kemudian memboikot situsnya. (Lusi Septiani/Staf Kominfo)
Berikut pendapat dari Pak Oyon Haki Pranata, M.Pd. mengenai film
“Innocence of Muslim”
Menurut Pak Oyon film
“Innocence of Muslim” merupakan film yang benar-benar controversial. Pembuat
film ini sungguh tidak berakal. Ada 2 hal yang dapat diambil dari film ini,
yaitu hal positif dan hal negative. Hal positif dari film ini yaitu kita dapat
lebih meningkatkan keimanan kita. Jadikan film ini sebuah motivasi agar kita
lebih mempelajari lagi sifat atau akhlak-akhlak mulia baginda Nabi yang pada
kenyataannya sangat bertentangan dengan film ini. Sedangkan hal negative dari
film ini yaitu fil ini tlah menyulut emosi para pemuka agama islam dan
mengakibatkan demonstrasi dimana-dimana. Selain itu, berakibat fatal juga pada
kelangsungan kerukunan umat beragama dan gencarnya film ini juga merupakan
salah satu trik penjualan.
Nabi Muhammad tidak boleh
digambarkan menyerupai siapa pun karena kemuliaan beliau sungguh tak ada yang
dapat menyemai. Sosok Nabi Muhammad boleh digambarkan dengan cahaya atau dengan
lafadz “Muhammad” saja.
“Kita
sebagai mahasiswa muslim sebaiknya menggunakan akal pikiran kita dalam
menghadapi masalah seperti ini. Kita harus terus belajar dan mempelajari islam
lebih dalam lagi,” begitulah pesan dari Pak oyon. (Endang Romayanti/Staf Kominfo)
0 komentar:
Posting Komentar